photo 728x90_zps8c460f01.png

Rabu, 04 Mei 2016


Akhir-akhir ini kasus prostitusi mulai memenuhi topik berita di berbagai media. Tertangkapnya beberapa selebriti tanah air seolah sebagai pertanda semakin maraknya bisnis haram ini. Tak bisa dipungkiri memang, bisnis semacam ini mampu mendatangkan keuntungan bagi pihak mucikari maupun si wanitanya. Alhasil bagi mereka yang menginginkan kekayaan secara instan, prostitusi pasti menjadi pilihan pertama.


Sebelumnya, jauh di era-era penjajahan dulu kasus prostitusi bahkan lebih parah lagi. Beberapa wanita muda sering dijadikan pelampiasan nafsu tentara-tentara musuh. Walhasil muncullah tempat-tempat lokalisasi yang bahkan mampu bertahan hingga sekarang.

1. Pasar Kembang, Yogyakarta


Pasar Kembang bukanlah nama sebuah pasar, melainkan nama salah satu jalan terkenal di Yogyakarta. Kawasan ini sejak dulu memang sudah terkenal dengan sajian ‘esek-eseknya’. Penikmatnya tak hanya orang Indonesia saja, bahkan turis asing yang sedang berkunjung seolah tak lupa untuk mampir disini.




Lokalisasi Pasar Kembang pertama kali muncul di zaman penjajahan Belanda. Tempat ini resmi di buka bebarengan dengan kereta api yang menghubungkan Pulau Jawa. Sejak saat itulah, Pasar Kembang terus melayani pria-pria hidung belang hingga saat ini.


2. Saritem, Bandung


Menurut beberapa sumber, Saritem awalnya merupakan nama seorang gundik Belanda. Ia bekerja sebagai pencari wanita-wanita ‘liar’ untuk dijadikan pemuas nafsu tentara Belanda yang saat itu masih menguasai nusantara.




Seiring berjalannya waktu, kawasan ini justru semakin ramai dikunjungi pria nakal. Hingga saat ini, Saritem masih dikenal sebagai lokalisasi paling terkenal di Bandung.


3. Macao Po, Jakarta


Mungkin, inilah lokalisasi pertama yang ada di Indonesia. Macao Po sudah ada sejak tahun 1700an yang didirikan untuk melayani nafsu birahi tentara Belanda. Dahulu tempat ini begitu terkenal dan seolah menjadi rumah wajib dikunjungi bagi tentara penjajah.




Ironisnya, banyak tentara Belanda yang mengidap penyakit sifilis dan penyakit kelamin lainnya. Alhasil, Gubernur Jendral Belanda sampai harus menutup paksa Macao Po. Beberapa puluh tahun pasca di tutup, tempat ini beroperasi kembali dan menjadi cikal bakal terbentuknya lokalisasi Kalijodo.


4. Gang Dolly, Surabaya


Membicarakan masalah lokalisasi pasti akan mengerucut pada satu nama, yaitu Gang Dolly yang ada di Surabaya. Bagaimana tidak, tempat ini menjadi lokalisasi terbesar di Asia Tenggara sebelum di tutup pemerintah Surabaya beberapa tahun lalu.




Gang Dolly ternyata sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda. Dolly sendiri di ambil dari nama pendirinya, yakni Dolly van de Mart. Sejak dulu, tempat ini telah menjadi ‘sarang’ bagi ratusan wanita yang menjajakan tubuhnya bagi pria hidung belang.
Wah, ternyata lokalisasi telah ada sejak ratusan tahun yang lalu ya. Sebenarnya, daftar di atas bisa saja bertambah apabila dimasukkan nama-nama lokalisasi yang tidak terlalu populer di Indonesia.
07.04 No comments » by Unknown

0 komentar:

Posting Komentar

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

 photo 728x90_zps8c460f01.png