photo 728x90_zps8c460f01.png

Senin, 07 Desember 2015



Ron Howard bukanlah jenis sutradara yang mempunyai tanda tangan spesial di setiap filmnya. Berbeda dengan sutradara ternama lainnya seperti J.J Abrams atau bahkan Michael Bay, film-film yang dibuat Ron Howard hampir tidak mempunyai kesamaan satu sama lain. Dia adalah filmmaker yang telah membuat banyak orang jadi terobsesi dengan NASA lewat ‘Apollo 13’, mendapatkan banyak pujian atas ‘A Beautiful Mind’, dikecam kaum relijius gara-gara ‘The Da Vinci Code’, lalu kembali dirayakan sebagai seorang pencerita yang baik dalam film terakhirnya, ‘Rush’. Tapi, secara garis besar Howard adalah seorang pembuat film yang tahu bagaimana membuat film komersial yang tidak kacangan dan bisa dinikmati oleh semua umat.

‘In The Heart of the Sea’, opus terbaru Howard, juga bukan pengecualian. Mengangkat kisah nyata inspirasi di balik salah satu karya sastra terbesar sepanjang sejarah ‘Moby Dick’ tulisan Herman Melville (1851), film ini menceritakan tentang perjuangan sekelompok pelaut ketika mereka akhirnya berhadapan dengan paus putih raksasa yang meluluhlantakkan kapal mereka yang diberi nama Essex.

Dengan bangunan cerita yang begitu gampang diikuti, dibutuhkan aktor yang prima untuk membuat Howard mempersembahkan karya terbarunya sebagai tontonan yang menghibur. Bekerja sama kembali dengan Chris Hemsworth, Howard sepertinya tahu bagaimana cara membuat sang aktor menjadi sosok Owen Chase, kelasi yang teguh terhadap pendiriannya. Hemsworth yang mengalami perubahan drastis secara fisik memberikan penampilannya yang apik. Emosinya tersampaikan dengan baik, dan chemistry-nya dengan Benjamin Walker sebagai George Pollard Jr. yang menjadi katalis konflik juga mengesankan. Sayangnya kehadiran Cillian Murphy kurang dimanfaatkan dengan betul.

Skrip yang ditulis Charles Leavitt, yang diadaptasi dari buku karangan Nathanel Philbrick, memang kurang unsur urgensi. Bandingkan dengan film-film yang menceritakan hal yang sama, ‘In The Heart of the Sea’ belum bisa membuat penonton benar-benar ikut merasakan penderitaan dengan lebih ngepol. Tapi apa yang kurang di skrip, diperbaiki Howard melalui penyutradaraannya.

Visual ‘In The Heart of the Sea’ adalah salah satu yang bisa membuat Anda menahan napas. Gambar dari Anthony Dod Mantle benar-benar mempesona. Gambarnya tidak hanya cantik namun juga dalam beberapa adegan bisa terlihat begitu menyeramkan. Editing Dan Hanley dan Mike Hill juga sangat efektif. Dengan durasi dua jam, film ini terasa lancar dan sangat playful. Howard mempunyai banyak waktu untuk membangun latar dan karakter-karakternya sebelum menceburkan semuanya ke dalam horor yang menegangkan. 

Dengan CGI yang mumpuni, ‘In The Heart of the Sea’ adalah tontonan tentang survival yang sangat menghibur dan penuh dengan momen-momen menegangkan. Filmnya memang kurang unsur original seperti yang disajikan Howard dalam ‘Rush’, tapi setidaknya Anda akan lupa begitu Anda menyaksikan betapa sensasionalnya ketika paus putih tersebut menghancurkan Essex tanpa belas kasih hanya dengan sekali “kepret”.
14.40 No comments » by Unknown

0 komentar:

Posting Komentar

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

 photo 728x90_zps8c460f01.png